Dunia Internasional Harus Hentikan Tragedi Kemanusiaan di Ghouta Timur
Anggota Komisi I DPR RI Jazuli Juwain, foto : jaka/hr
Anggota Komisi I DPR RI Jazuli Juwaini menyatakan kesedihan yang mendalam atas tragedi kemanusiaan yang terjadi di Ghouta Timur Suriah. Melalui media massa dan media sosial marak pemberitaan tentang rakyat sipil termasuk sebagian besar anak-anak menjadi korban kebiadaban perang antara pemerintah Suriah dan kelompok bertikai.
Ia pun mengungkapkan perlu ada dialog bersama dalam menghentikan tindak kekerasan tersebut. "Hentikan kekerasan sekarang juga yang membunuh rakyat sipil dan anak-anak. Rasa kemanusiaan kita mendidih menyaksikan anak-anak, wanita, dan orangtua hancur tubuhnya menjadi korban kebiadaban perang," kata Jazuli dalam rilis yang diterima Parlementaia, Senin (26/2/2018).
Untuk itu, politik PKS ini berharap dunia internasional melalui PBB bisa mengambil langkah multilateral untuk menghentikan tragedi kemanusiaan tersebut dan melakukan intervensi kemanusiaan untuk menyelamatkan warga sipil termasuk anak-anak korban perang. "Kami juga berharap pemerintah Indonesia memberikan tekanan kuat baik secara bilateral maupun multilateral agar khususnya pemerintah Suriah menghentikan pertikaian dan penyerangan yang menyasar rakyat sipil," katanya.
Jazuli juga menegaskan perlu ada tindakan nyata dalam mengantisipasi konflik tersebut, jangan hanya bisa meratapi dengan kepedihan sementara pembantaian rakyat sipil tak berdosa terus berlangsung. "Tak peduli siapapun yang bertikai, perang dan pembantaian ini harus dihentikan. Ini tanggung jawab kemanusiaan kita terhadap warga dunia," ungkap Jazuli.
Diketahui, lebih dari 500 warga sipil terbunuh dalam pengeboman oleh rezim Suriah terhadap wilayah Ghouta Timur sejak akhir pekan lalu. Ratusan orang terluka parah dan membutuhkan bantuan medis mendesak.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), jumlah korban tewas dalam serangan yang disebut pembunuhan oleh rezim selama tujuh hari itu meningkat menjadi 520 jiwa, sedangkan warga sipil yang terluka mencapai lebih dari 2.500 orang di daerah kantong oposisi yang terkepung tersebut.
Data tersebut juga mengungkapkan, diantara korban tewas terdapat 127 anak-anak dan 75 perempuan, sementara pasokan makanan, air, dan obat-obatan kian menipis akibat pengepungan rezim terhadap Ghouta Timur. (hs/sc)